Pasien Kanker Jalani Kemoterapi Saat Puasa Ramadhan, Amankah?

Read Time:2 Minute, 21 Second

gospelangolano.com, Jakarta – Beberapa pasien kanker bertekad tetap menjalankan puasa Ramadhan meski telah menjalani beberapa pengobatan seperti kemoterapi.

Lantas, amankah pasien kanker mendapat kemoterapi saat berpuasa?

Buka Harapan ini mendapat tanggapan dari konsultan onkologi RS Siregar Eka.

“Selama berkonsultasi dengan dokter onkologi dan mendapat lampu hijau, maka tergolong aman menjalani kemoterapi saat berpuasa,” kata Budi, Jumat (15/3/2024).

Padahal, lanjutnya, puasa Ramadhan memungkinkan pasien kanker untuk menoleransi bahkan mengurangi efek kemoterapi. Fakta tersebut terungkap dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Sage.

Penelitian menunjukkan bahwa pasien kanker rata-rata mengalami efek terburuk selama bulan puasa.

Apalagi, kondisi setiap kanker mungkin berbeda-beda. Oleh karena itu, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter kanker setiap sebelum berpuasa,” kata Budi.

Konseling merupakan salah satu cara agar pasien selalu waspada terhadap kemungkinan efek samping yang mungkin terjadi.

Puasa sendiri disebut-sebut bisa menjadi salah satu cara untuk menurunkan risiko penyakit kanker. Pasalnya, saat berpuasa, tubuh mengalami penurunan berat badan dan bisa memperoleh faktor pertumbuhan insulin (IGF-1) yang merupakan tanda kanker.

Selain itu, tubuh juga akan mengalami: Penurunan gula darah. Merangsang sel induk untuk memulihkan sistem kekebalan tubuh. Menyeimbangkan nutrisi. Meningkatkan sel-sel tubuh yang mampu menghilangkan tumor. Semua ini dapat menurunkan risiko kanker seseorang.

Meski puasa dianggap dapat menurunkan risiko kanker, namun belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa puasa membantu tubuh membunuh sel kanker.

Namun, beberapa penelitian dengan subjek terbatas menunjukkan bahwa puasa bermanfaat dalam membunuh sel kanker.

Pasalnya, puasa intermiten dapat merangsang proses autophagy. Ini adalah proses tubuh “membersihkan” sel-sel tubuh yang terinfeksi.

Kemudian tubuh akan “membersihkan” bagian-bagian yang masih bisa digunakan. Hanya sel-sel sehat yang tersisa. Autophagy seringkali dikaitkan dengan berbagai kondisi kesehatan, termasuk kanker.

Memiliki terlalu banyak sel yang terinfeksi di dalam tubuh dapat meningkatkan risiko mutasi genetik yang dapat menyebabkan kanker. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa proses autophagy dapat mencegah kematian jaringan atau peradangan sel kanker dengan menyediakan energi seluler dan prekursor metabolisme, sehingga mengurangi risiko penyebaran kanker.

Sayangnya, sebagian besar penelitian yang dilakukan masih menggunakan hewan percobaan. Artinya, belum terbukti dampaknya terhadap manusia.

“Itulah mengapa penting untuk selalu berkonsultasi dengan ahli onkologi Anda sebelum mengambil keputusan apa pun yang memengaruhi kesehatan Anda, seperti puasa.”

Puasa aman dan bahkan bermanfaat untuk beberapa jenis kanker. Namun, bagi sebagian lainnya, hal itu dapat mengganggu proses penyembuhan.

“Untuk penanganan terbaik, hubungi dokter yang paling sesuai dengan kondisi Anda,” jelas Budi.

Jika Anda ingin berpuasa sambil menjalani pengobatan penyakit kanker, berikut beberapa tips agar puasa berjalan lancar dan tetap sehat: Bicaralah dengan dokter sebelum Anda berpuasa. Makan makanan tinggi protein dan rendah lemak. Makan sayur dan buah saat puasa. Penuhi kebutuhan air Anda. Jangan kirim dirimu sendiri. Minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter. Secara teknis boleh saja mengonsumsi obat hormonal atau obat pendukung lainnya. Sesuaikan dan konsultasikan dengan dokter. Obat bisa diminum pada pagi hari atau setelah puasa.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post OXO Group Kolaborasi Penuhi Permintaan Hunian Berkonsep Neo Luxury di Bali
Next post Revisi UU ITE Disahkan, Privy Siap Amankan Transaksi Keuangan Digital