Manco, Kue Kering Renyah Legit Bertabur Wijen Khas Purbalingga

Read Time:2 Minute, 32 Second

gospelangolano.com, Purbalingga – Catur Pratama (33) yang mulai beroperasi pada tahun 2017, membuat terobosan baru di bidang makanan ringan dengan menggunakan bahan baku tepung beras.

Saat ini, pemuda asal Desa Majapura RT 01 RW 04 Kecamatan Bobotsari di Catur dengan bahan baku 800 kg per bulan ini menjual produk ketan manco merek Putkinas dengan harga Rp 50 ribu per kg.

Dengan semangat menjadi wirausaha yang berkontribusi kepada masyarakat, Catur kini memasarkan produknya di toko-toko dan pasar di Purbalingga, Banjarnegara, dan Wonosobo. Perlengkapan sederhana di rumah kini menjadi modal untuk terus menikmati jajanan bertabur wijen ini.

Harapannya, memiliki peralatan produksi yang modern untuk mendukung produksi yang lebih banyak, ujarnya dalam keterangan tertulis kepada Kominfo Purbalingga.

Catur pun merasa pelatihan yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga membantunya. Selain itu, UMKM yang terdaftar di Dinkopukm Purbalingga juga mendapatkan fasilitas dari Kabupaten Purbalingga sekaligus mendapatkan legalitas usahanya.

“Terima kasih atas bantuannya yang sangat besar, khususnya dalam pendidikan legalitas dan kewirausahaan,” ujarnya.

Lihat video sorotan ini:

Manco adalah kue khas Purbalingga yang dibalut wijen. Kalau dimakan rasanya renyah tapi juga terbaca. Inilah yang perlu Anda ketahui dari Manco:

Manco di Purbalingga terbagi menjadi dua jenis, yaitu yang berbahan dasar tepung ketan dan yang berbahan dasar tepung tapioka. Karena bahan dasarnya lebih mahal, harga Manco yang terbuat dari tepung ketan hampir dua kali lipat lebih mahal dibandingkan Manco yang terbuat dari tepung tapioka. Dan tentu saja situasinya berbeda jika menyangkut selera. Istilah orang Purbalingga: rega ngawa sepertinya, harga yang lebih tinggi biasanya kualitasnya juga lebih baik.

Sudarsono (39), beralamat Jl AW Soemarmo Rt 03 Rw 02 Kembaran Kulon, merupakan salah satu produsen Manco yang cukup stabil di Purbalingga. Darsono mengatakan, dirinya merupakan generasi kedua di bisnis yang didirikan ayahnya Sumarjo (64).

“Ayah saya telah berkecimpung dalam bisnis manufaktur sejak ia masih remaja, hampir 40 tahun yang lalu. “Setelah usaha ini berkembang dan dia merasa ingin istirahat, dia menyerahkannya kepada keenam anaknya, salah satunya adalah saya,” kata anak kedua Sumarjo itu.

Bahan pembuatan kue kering hanya ada tiga jenis: tepung terigu (tapioka/beras ketan), gula pasir, dan biji wijen. Namun untuk wijen, Darson belum mendatangkannya khusus dari Makassar.

Menurut Darsono, usahanya yang dibantu adik perempuannya Siti Maesaroh, 32 tahun, masih mengalir seperti mbanyu mil, atau air. Jangan pernah mengalami kekosongan. Idul Fitri, hari libur dll. Bahkan pada saat-saat tertentu seperti, omzet meningkat pesat. Jika pada hari biasa produksi benur mencapai 200 kg, pada peak season bisa mencapai lebih dari 500 kg per hari.

Selain memasarkan Darsono secara lokal, dengan menggunakan merek Miss Carmel, kekurangannya juga menyebar ke banyak kota antara lain Pekalongan, Pemalang, Tegal, Banjarnegara, dan Purwokerto. Kebanyakan pembeli yang datang ke Darson membeli dalam jumlah banyak atau grosir.

“Tapi kami juga melayani ritel,” jelasnya.

Untuk pemesanan dalam jumlah banyak, harap menghubungi 0281 891995 terlebih dahulu. Jika ada stok bisa langsung beli dan bayar. Namun jika stoknya habis, pembeli sudah mengetahui kapan akan menerima kekurangan yang dipesannya.

Selain menjual manco hasil produksinya sendiri di toko kecil miliknya, Darsono juga menjual makanan ringan lainnya seperti pasta, kentang, dan keripik jagung. Bagaimana? Siap membeli?

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Pengalaman Belanja Lewat Live Stream Maupun Video Kreasi Hanya di 2.2 Shopee Live & Video Mega Sale
Next post Jojo Punya Catatan Ganas, Tuan Rumah Bakal Mengenaskan Hari Ini di BWF World Tour Finals 2023