Kongres APTIK ke-41 Bahas Kerapuhan Mental di Kampus dan Era Disruptif

0 0
Read Time:2 Minute, 14 Second

Jakarta – Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) menggelar konferensinya yang ke-41 di Jakarta. Topik utama yang dibahas dalam konferensi tersebut adalah terkait dampak signifikan kurikulum dengan maraknya fenomena mood swings di kampus dan disruptive time.

APTIK merupakan gabungan dari 22 yayasan pendidikan Katolik di seluruh Indonesia yang mengelola puluhan universitas Katolik. Anggotanya antara lain Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Universitas Parahyangan, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma, Universitas Katolik Widya Mandira, Universitas Katolik St. STIKES Katolik Maria. Vincentius a Paulo Surabaya, Universitas Katolik Santo Thomas, Universitas Katolik Widya Karya Malang, Universitas AtmaJaya Makassar.

Selain itu Universitas Katolik Soegijapranata, Universitas Katolik Widya Mandala MaDIV, Universitas Katolik Musi Charitas, Sint. Carolus, Universitas Katolik De La Selle, Universitas Widya Dharma Pontianak, Universitas Katolik Dharma Cendika, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris Makassar, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gunung Maria Tomohon, Sekolah Keguruan dan Ilmu Pendidikan Weetebula, Sumba Barat Daya, STIkes Santa Elisabeth Medan, Universitas Santo Borromeus dan Fakultas Ilmu Kesehatan Panti Rapih Yogyakarta.

Baca juga: RS Unpad Cabang Jatinangor akan beroperasi pada akhir Maret 2024

Selain permasalahan kesehatan mental, permasalahan yang dibahas dalam konferensi tersebut adalah munculnya model baru “BANI” (Brittle, Anxiety, Non-Linear, and Illusion of Predictability) yang mengubah konsep lama yaitu VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity). ). Dan ketidakpastian) selama berabad-abad. Kehancuran terbaru. Unika Atma Jaya Jakarta menjadi tuan rumah konferensi yang berlangsung pada 21-23 Maret 2024.

Presiden APTIK, Prof. Dr. Kusbiantoro mengatakan, selain membahas perkembangan terkini selama kerusuhan, ada agenda penting lain yang menjadi agenda konferensi, seperti kerja sama berskala besar, tidak hanya di tingkat mahasiswa dan fakultas. tingkat kinerja. . Dana Universitas untuk Kepentingan Bersama.

Kemudian terkait penyelenggaraan program double title dengan universitas ternama luar negeri lainnya.

Baca juga: Apakah SNBP 2024 Bisa Dikirim Ulang di SNBT?

Model VUCA mendominasi pemikiran global pada awal tahun 1990an dan kini telah bergeser ke model BANI yang muncul pada tahun 2020 akibat dampak globalisasi yang menciptakan kompleksitas dan ketidakpastian yang meluas di dunia. Gagasan BANI Brittle memberikan ilusi kekuatan, gagasan bahwa lembaga yang kita anggap kuat ternyata rapuh.

Pada saat yang sama, kecemasan menimbulkan ilusi kendali, apa yang diharapkan sangat berbeda dengan kenyataan yang dihadapi.

Pada saat yang sama, konsep Non-Linear menghadirkan perspektif prediktif seperti terjadinya epidemi Covid-19, perdebatan GPT, dan disrupsi teknologi lainnya. Dan yang terakhir, mengenai konsep ilusi prediksi dari model BANI yang menciptakan ilusi pengetahuan seperti kaya akan data dan informasi, nyatanya menimbulkan berbagai tipu muslihat yang luar biasa.

“APTIK merasa perlu mengantisipasi hal tersebut melalui segala macam perubahan yang diperlukan untuk mencegah kerapuhan yang kini menjalar di kampus dalam dan luar negeri,” ujarnya dalam keterangan resmi. “Kecemasan, depresi, dan bunuh diri yang terus berlanjut adalah bagian dari ilusi kontrol,” kata salah satunya, Jumat (22/3/2024).

happy Kongres APTIK ke-41 Bahas Kerapuhan Mental di Kampus dan Era Disruptif
Happy
0 %
sad Kongres APTIK ke-41 Bahas Kerapuhan Mental di Kampus dan Era Disruptif
Sad
0 %
excited Kongres APTIK ke-41 Bahas Kerapuhan Mental di Kampus dan Era Disruptif
Excited
0 %
sleepy Kongres APTIK ke-41 Bahas Kerapuhan Mental di Kampus dan Era Disruptif
Sleepy
0 %
angry Kongres APTIK ke-41 Bahas Kerapuhan Mental di Kampus dan Era Disruptif
Angry
0 %
surprise Kongres APTIK ke-41 Bahas Kerapuhan Mental di Kampus dan Era Disruptif
Surprise
0 %

You May Have Missed

PAY4D