Kisah Petani Pepaya Raup Omzet Rp36 Juta Per Bulan Berkat Pinjaman Ultra Mikro BRI

Read Time:3 Minute, 9 Second

gospelangolano.com, Jember Kehidupan di Desa menuntut setiap orang untuk peka terhadap setiap peluang bisnis yang ada di daerahnya. Mengoptimalkan potensi daerah – masyarakat yang tinggal di daerah tidak bisa ditinggalkan. Hal itulah yang dilakukan Partini, petani pepaya asal Desa Pace, Kecamatan Silo, Jember, Jawa Timur.

Partini yang sibuk mengurus istri dan anak-anaknya, mempunyai impian besar menjadi seorang petani sukses. Diakuinya, memulai usaha di bidang pertanian merupakan jalan yang sepi dan sering dikaitkan dengan citra negatif sebagai usaha yang kotor, tradisional, dan tidak terlalu menguntungkan. Padahal, usaha pertanian saat ini sangat menjanjikan, karena kebutuhan pangan selalu meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

Apalagi jika kita memahami ciri-ciri daerah jajahan. Misalnya saja di Desa Pace, tempat tinggalnya kini. Menurutnya, desa tersebut memiliki tanah yang subur dan sedikit berpasir.

Oleh karena itu tanaman yang ideal untuk ditanam adalah pepaya, karena pepaya dapat tumbuh dengan baik di daerah rendah dan menengah dengan pengairan yang relatif minim. Satu pohon pepaya bisa menghasilkan puluhan buah. Selain itu pepaya juga memiliki waktu panen yang singkat yaitu 10-15 hari dibandingkan tanaman lainnya.

Partini pun mengaku mendapat penghasilan dari perkebunan pepaya di California. Satu hektar lahan bisa menghasilkan 2-3 ton pepaya. Dibutuhkan waktu 7-8 bulan untuk berbuah pada masa tanam pertama. Setelah itu buah pepaya bisa dipanen setiap 10-15 hari sekali.

“Jadi sebulan dua kali bisa panen,” kata Partini

Sedangkan untuk rotasinya, kata Partini, tergantung jenis pepayanya. Misalnya saja jenis pepaya California yang saat ini harganya Rp 6.000/kg. Artinya, jika panen 3 ton, Partini bisa meraup omzet Rp 18 juta dan Rp 36 juta untuk 2 kali panen.

Hebatnya, mereka tidak hanya bisa menanam pepaya, tapi juga tanaman lain seperti cabai, pepaya, dan terong di lahan seluas satu hektar.

“Jadi saya tidak hanya bisa menanam pepaya saja, tapi sayur-sayuran yang ada di bawahnya bisa saya tanam. Kalaupun kecil, menjual tanamannya ke warung sekitar bisa mendapat tambahan uang untuk dapur,” ujarnya.

Namun, memiliki sebuah bisnis tidak selamanya mulus, ada pasang surutnya. Partini mengaku kehabisan modal karena tanamannya terserang hama. Sementara di satu sisi, mereka tetap harus berusaha semaksimal mungkin untuk bertahan hidup.

Untungnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menyediakan pinjaman ultra mikro yang disebut KECE (Kredit Cepat).

“Waktu itu tetangga saya cerita kalau ada produk pinjaman KECE. “Saya cari kemana-mana, ternyata produk ini sesuai dengan yang saya butuhkan, karena tidak memerlukan jaminan, dan yang penting saya sudah punya usaha dan omzet yang harus dicicil.”

Partini mengaku mendapat manfaat dari dukungan finansial BRI sehingga bisa memiliki bisnis yang lebih besar dari sekarang. Partini menerima dana sebesar Rp 5 juta dari program BRI KECE yang seluruhnya digunakan untuk menambah modal pengembangan perkebunan pepaya.

“Awalnya pinjaman hanya Rp 5 juta, tapi kemarin saya ambil kembali dan berhasil dapat Rp 7 juta,” kata Partini.

Ironisnya, lanjut Partini, program KECE dari BRI tidak hanya menyalurkan dana saja, namun dilatih oleh BRI agar lebih efektif.

“Dulu saya hanya berjualan pepaya dan mengambil barang dari petani. Sekarang di banyak tempat sudah ada perkebunan, bahkan bibitnya dijual, jadi petani sekarang beli bibit ke saya,” jelas Partini.

Ia mengaku tidak hanya diberikan wawasan mengenai manajemen bisnis yang inovatif, namun juga diajarkan mengenai pembayaran digital. Menurut Partini, hal seperti ini sangat berguna di era digital saat ini.

“Sebelumnya saya tidak tahu bagaimana cara mengecek transfer yang masuk, namun setelah saya mendapat pinjaman dari KECE, saya melihat transfernya langsung tiba. “Saya harus melihatnya di ponsel saya,” tambahnya.

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan perseroan akan terus mendukung perluasan segmen Ultra Mikro guna mengakselerasi perekonomian Indonesia secara maksimal.

“Terbukanya akses pembiayaan bagi pelaku usaha UMi memberikan fleksibilitas dan adaptasi yang lebih baik dalam pengembangan usaha. Selain itu, semakin mendekatkan kelompok ini pada hadirnya inklusi keuangan dapat membuka lapangan pertumbuhan usaha yang lebih luas sehingga potensi tabungannya juga akan semakin meningkat. kata Ko. tambah Supari.

(*)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Ashel JKT48 Mengapresiasi Produk Lokal Erigo, Pilihan Busana Berkualitas Tanah Air
Next post Wall Street Bervariasi Jelang Keputusan Suku Bunga The Fed