Bikin Bangga, Profesor ITS Ini Ciptakan Bahan Antiradar untuk Perkuat Pertahanan Indonesia

Read Time:1 Minute, 39 Second

SURABAYA – Indonesia yang kaya akan sumber daya alam membutuhkan teknologi pertahanan yang mandiri untuk meredam ancaman eksternal. Prof. Mashuri SSi MSi, 203 dari Institut Teknologi Sepuluk Nopember, mengembangkan material anti radar untuk mendukung teknologi pertahanan dan keamanan nasional.

Mashuru, Guru Besar Departemen Fisika ITS, mengatakan penelitian tersebut dimulai pada tahun 2010 terhadap sebuah pesawat asing yang tidak terdeteksi sistem radar saat terbang di atas Laut Jawa.

Menurutnya, jika kejadian ini terus berlanjut maka bisa menimbulkan ancaman serius bagi masyarakat Indonesia.

“Saat itu informasi mengenai teknologi antiradar masih terbatas sehingga kami bertekad untuk memulai penelitian dan berpartisipasi dalam material penyerap gelombang radar,” kata Mashuri dalam keterangan resminya, Selasa (26/03/2024).

Selanjutnya, ia bersama tim di Laboratorium Material Maju ITS mengembangkan teknologi antiradar dari material yang terdapat di seluruh Indonesia. Pada dasarnya peredam gelombang radar terbuat dari bahan magnet dan dielektrik seperti karbon.

“Secara fisik, permukaan antiradar ini didesain dengan sudut yang sangat tajam sehingga tidak bisa memantulkan kembali gelombang elektromagnetik,” jelas pria kelahiran 1969 itu.

PhD bidang fisika menggunakan pasir besi Lumajang dan arang bambu sebagai bahan pengembangan teknologi anti radar. Dalam proses ini, pasir besi hasil letusan Gunung Semeru disintesis untuk mengekstrak bubuk magnet dari pasir besi.

Sedangkan metode karbonisasi dilakukan pada arang bambu hingga diperoleh serbuk graphene oxide (rGO) tereduksi. Instruktur berkacamata kemudian melakukan tes yang mengukur serapan gelombang radar menggunakan alat yang disebut penganalisis jaringan vektor. Dengan pita frekuensi 8 hingga 18 gigahertz (GHz), kombinasi kedua material ini mampu menyerap gelombang radar hingga -20 desibel (dB). Angka tersebut menunjukkan kapasitas penyerapan gelombang radar melebihi 99 persen.

Mashuri menjelaskan, performa tersebut bisa berbeda jika komposisi cat dan campuran antiradar tidak seimbang saat diaplikasikan pada alutsista tersebut. Selain itu, faktor lingkungan juga penting dalam menjaga konsistensi kapasitas serapan radar.

“Jika antiradar ini dimaksudkan untuk digunakan di kapal, tentunya perlu dipastikan bahwa antiradar yang digunakan memiliki sifat anti korosi,” ujarnya.

Mashuri berharap material antiradar baru yang dikembangkan di Indonesia ini dapat segera digunakan di bidang pertahanan dan keamanan nasional.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Terpopuler: Ramalan Zodiak Hingga Pengakuan Seorang Mualaf
Next post Miliarder AS Mark Zuckerberg hingga Jeff Bezos Kompak Jual Saham, Ada Apa?