Ahli dan Aktivis Tuberkulosis Minta Capres Beri Perhatian Serius untuk Eliminasi TB di 2030

Read Time:2 Minute, 36 Second

gospelangolano.com, Jakarta – Tuberkulosis atau tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah serius di Indonesia. Oleh karena itu, para pakar dan aktivis tuberkulosis menghimbau para calon presiden untuk terus memperhatikan upaya pemberantasan tuberkulosis pada tahun 2030.

Salah satu dokter yang mengangkat isu terkait TBC di Indonesia adalah Nurul Luntungan dari Stop TB Partnership Indonesia.

Menurutnya, Indonesia merupakan negara kedua di dunia dengan jumlah kasus tuberkulosis tertinggi. Pada tahun 2023, masih terdapat ratusan ribu orang yang tidak mengetahui status TBCnya dan akan terus menulari masyarakat.

“Masih ada masyarakat yang terkonfirmasi mengidap TBC namun belum memulai pengobatan. Hal ini mungkin karena kurangnya kesadaran tentang TBC atau rasa malu akibat stigma dan diskriminasi. Dan mengapa mereka harus memilih antara memulai pengobatan atau memilih bekerja? untuk memenuhi kebutuhan keluarganya,” kata Nurul dalam dialog bertajuk “Relay Final Eliminasi Tuberkulosis 2030” di Jakarta, Rabu (31/1/2024).

Masih banyak penderita tuberkulosis yang tidak menjalani pengobatan karena tidak dapat menoleransi efek samping obat. Beberapa dari mereka juga tidak memiliki akses terhadap dukungan psikososial sehingga mereka mengalami depresi atau bahkan berpikir untuk mengakhiri hidup.

Dihadapan tim sukses tiga calon presiden, Nurul menjelaskan beberapa hal yang harus dilakukan untuk memberantas TBC, antara lain: Kementerian Kesehatan harus mampu melaksanakan dan menjamin pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasien. Melibatkan fasilitas kesehatan swasta sebagai penyedia layanan TBC sehingga masyarakat dapat berobat tidak hanya di fasilitas kesehatan pemerintah tetapi juga mengakses obat-obatan gratis. Dan Anda dapat mengakses diagnostik yang masih disediakan oleh pemerintah. Memastikan sektor layanan kesehatan dapat memenuhi kebutuhan logistik dan terapeutik. Memastikan keterlibatan masyarakat dalam penguatan layanan kesehatan dan implementasinya dilakukan melalui penguatan layanan kesehatan primer di seluruh daerah. Masyarakat yang terkena tuberkulosis harus memastikan bahwa mereka menerima perlindungan ekonomi dan sosial. Pelajar, pekerja, semua orang harus memastikan status pelajar dan pekerjanya terlindungi selama pengobatan. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus memastikan adanya kebijakan, perencanaan dan anggaran anti-TB yang memadai, sehingga kebutuhan pendanaan tuberkulosis dapat terpenuhi. Tidak selalu bergantung pada subsidi luar negeri.

“Hanya dengan kerja sama, kepemimpinan yang kuat, investasi yang berdampak, dan kerja sama multisektoral, Indonesia dapat mencapai eliminasi tuberkulosis pada tahun 2030,” kata Nurul.

Dalam kesempatan yang sama, dokter paru Erlina Burhan meminta siapa yang akan menjadi presiden agar memperhatikan permasalahan tuberkulosis di Indonesia.

“Saya ingin TBC menjadi perhatian khusus bagi anda semua yang akan ditahbiskan dan mendapat kepercayaan dari masyarakat Indonesia untuk memimpin TBC. Mohon perhatian terhadap TBC dan berusaha semaksimal mungkin agar kita bisa mencapai eliminasi pada tahun 2030” Erlina dikatakan.

Pakar tuberkulosis ini menegaskan, tuberkulosis bukan sekadar masalah medis. Berdasarkan pengalamannya menjadi dokter selama lebih dari 30 tahun, hanya sedikit masalah kesehatan yang muncul akibat tuberkulosis.

“Masalah medis tuberkulosis hanya sebagian kecil, 30%, paling banyak 40%. 60% non medis. Ada masalah diskriminasi dan masalah sosial.”

Erlina menambahkan perkiraan kasus tuberkulosis di Indonesia pada tahun lalu masih 969.000 per tahun. Kementerian Kesehatan dan aktivis tuberkulosis berhasil mendeteksi 809.000 kasus atau sekitar 83%.

Artinya, tidak tertangani dan tetap menjadi sumber penularan bagi daerah sekitarnya, jelas Erlina.

Belum lagi tantangan terbesarnya yaitu tuberkulosis resistan obat (RO). Angka kasus TB-RO yang ditemukan hanya 65%, artinya 35% diantaranya ditemukan di masyarakat, tidak terobati dan tetap menjadi sumber penularan.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Miliarder AS Mark Zuckerberg hingga Jeff Bezos Kompak Jual Saham, Ada Apa?
Next post Dian Sastrowardoyo Spill Rasanya Punya Dosen Rocky Gerung: Itu Mimpi Buruk Gue