Upaya Mahasiswa Kurangi Sampah Plastik, Kompak Lakukan Ini

Read Time:3 Minute, 12 Second

DEPOK – Setelah mengetahui kerusakan lingkungan, mahasiswa asrama Universitas Indonesia (UI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai berhenti minum air dari botol sekali pakai. Mereka sepakat bahwa membuang galon bekas itu sulit.

Saat ditemui di kampus, mahasiswa UI bernama Vito mengaku menggunakan galon sekali pakai di asramanya. Namun, pria yang kuliah di bidang hukum dan tinggal di asrama di kawasan Kukusan ini mengaku kesulitan membuang satu galon air bekas setelah diminum. Dia bilang dia makan satu galon dalam dua minggu. Gulir ke bawah untuk mengetahui cerita lengkapnya!

“Iya, kadang saya bingung saat membuang sampah. Karena galon-galon itu pun tidak akan berakhir di tempat sampah. Akhirnya saya taruh di samping tempat sampah. “Dan terkadang galon-galon itu malah mencemari jalan kita,” katanya.

Melihat situasi yang tidak menguntungkan tersebut, ia ingin berhenti menggunakan air kemasan dan menggunakan satu galon air yang tidak mencemari.

“Saya juga berencana mengganti galon sekali pakai dengan galon non limbah,” ujarnya.

Hal senada juga diungkapkan Kansa, mahasiswa senior Bisnis Islam UI yang duduk di Kukusan Teknik UI (Kutek), Depok. Ia mengaku saat ini menggunakan galon bekas di apartemennya.

Namun awalnya saya menggunakan galon sekali pakai. “Kemudian saya ganti dengan galon bekas karena bingung membuang galon bekasnya,” ujarnya.

Hariman, pakar senior sistem informasi UI, juga mengatakan. Salah satu orang yang duduk di area Kutek UI mengaku ruangannya sempit karena banyak tumpukan sampah.

“Saya bingung mau membuangnya ke mana. Satu galon terlalu besar kalau dibuang ke tempat sampah. Akhirnya saya timbun di kamar,” ujarnya.

Oleh karena itu, mereka pun ingin mengganti galon yang boros dengan galon yang dapat digunakan kembali dan tidak menimbulkan polusi.

“Saya ingin mengganti galon tersebut dengan sesuatu yang dapat digunakan kembali sehingga tidak perlu dibuang ketika air habis.” “Kamar saya sudah tidak terisi air bekas lagi,” ujarnya.

Tak hanya mahasiswa UI, mahasiswa asrama IPB juga mengalami hal serupa. Bayu, mahasiswa kedokteran IPB, juga mengakui permasalahan pembuangan air minum.

Sampahnya kurang, anak-anak asrama membuangnya ke tempat sampah. Bikin tempat tinggal jadi membosankan, kata salah satu warga asrama di kawasan Sibanteng, Dramaga, Bogor.

Mereka pun berencana mengubah galon limbah tersebut menjadi galon ramah lingkungan.

“Saya dan teman-teman asrama ingin mengganti galon sekali pakai ini dengan galon pakai ulang yang tidak terbuang sia-sia,” ujarnya.

Senada dengan itu, Atika, mahasiswa senior Manajemen Sumber Daya Air IPB, juga mengakui adanya kendala dalam pembuangan limbah galon.

“Sampahnya kurang karena galonnya terlalu besar,” kata Sibanteng, mahasiswa asal Dramaga, Bogor.

Hal tersebut diungkapkan Reski, mahasiswa Geologi IPB yang tinggal di wilayah Babacan Tengah, serta Nurma jurusan Manajemen dan Rosela jurusan Peternakan yang tinggal di Ruma Belajar. Mereka ingin mengganti galon sekali pakai dengan galon pakai ulang. Alasannya, kata mereka, agar tidak main-main dengan galon bekas.

Pertama. Greenpeace Indonesia percaya bahwa produk sekali pakai bertentangan dengan semangat pengurangan sampah, yang merupakan tujuan Indonesia untuk mengurangi 70 persen sampah laut Indonesia pada tahun 2025.

Muharram Ata Rasyadi, asisten kampanye di Urban Greenpeace Indonesia, memperhatikan bahwa ketika pemerintah berupaya mengurangi sampah, terutama sampah plastik, terdapat pabrik-pabrik yang memproduksi produk baru yang mencemari bahan kimia air minum dalam kemasan (AMDK). ) limbah.

“Itu nama yang aneh,” katanya.

Menurut Ata, pabrik yang memproduksi galon sekali pakai tidak hanya harus memperhatikan botol PET yang dapat didaur ulang dan merupakan salah satu jenis plastik yang paling banyak dicari, tetapi juga harus memperhatikan label dan penutupnya. sepertinya kerusakan.

Oleh karena itu, memiliki produk AMDK sekali pakai bukanlah langkah yang baik dalam mengurangi sampah di Indonesia, ujarnya.

Ia khawatir pada akhirnya masyarakat akan berubah dan terbiasa dengan galon sekali pakai dan berhenti menggunakannya kembali, apa pun lingkungannya.

Entah berapa banyak sampah yang ada di Indonesia. “Kita belum punya galon sekali pakai, sampah kita sudah banyak, apalagi ditambah sampah dari galon sekali pakai,” kata Ata. Pemerintah Kabupaten Jakarta dan sekitarnya dinilai buruk dalam pengelolaan sampah. Kurangnya perhatian pemerintah daerah menyebabkan timbulnya sampah dan permasalahannya seringkali membebani masyarakat. gospelangolano.com.co.id 1 April 2024

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post ASUS AIO A5, Bisa untuk Bekerja dan Hiburan
Next post Gibran Izinkan PSS Sleman Gunakan Stadion Manahan di BRI Liga 1 2023/2024