Riset: Penerapan Cukai Minuman Berpemanis Bisa Cegah 455 Ribu Potensi Kematian Akibat Diabetes Tipe 2

Read Time:2 Minute, 57 Second

gospelangolano.com, Jakarta – Riset terbaru menunjukkan penerapan tarif cukai minuman manis kemasan (MBDK) bisa membawa manfaat ganda.

Selain manfaat ekonomi, pemberlakuan cukai MBDK juga dapat mengurangi beban kasus diabetes tipe 2 di Indonesia pada tahun 2033.

Hal tersebut terungkap dalam survei Center for Strategic Development Initiatives (CISDI) Indonesia.

“Pemberlakuan cukai MBDK dapat menurunkan jumlah penderita diabetes tipe 2 dan dapat mencegah kemungkinan 455.310 kematian kumulatif akibat penyakit ini selama sepuluh tahun ke depan,” kata peneliti ekonomi asosiasi Kesehatan CISDI. , Muhammad Zulfiqar Firdaus, saat peluncuran penyidikan di Jakarta, 7 Maret 2024.

Riset terbaru CISDI melaporkan kenaikan harga MBDK sebesar 20 persen berpotensi menurunkan konsumsi harian minuman manis dan gula rata-rata sebesar 5,4 gram untuk pria dan 4,09 gram untuk wanita. Berdasarkan perhitungan model ekonomi, penurunan tingkat konsumsi ini akan mencegah 253.527 kasus kelebihan berat badan dan 502.576 kasus obesitas pada tahun 2033.

“Cukai terbukti memberikan efek edukasi. Penerapannya akan membuat masyarakat bertanya-tanya kenapa dan mendorong mereka untuk belajar lebih banyak dalam mengonsumsi suatu produk,” kata Zulfiqar mengutip siaran pers.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kasus diabetes tipe 2 akan mencapai 8.949.768 kasus kumulatif pada tahun 2033 jika pajak cukai tidak segera diterapkan. Diabetes tipe dua merupakan salah satu penyebab kematian utama di Indonesia.

Jumlah 8,9 juta kasus itu bisa berubah jika tarif cukai MBDK diberlakukan mulai tahun 2024. Jika cukai memang diterapkan, kasus baru diabetes melitus tipe 2 diperkirakan akan menurun signifikan hingga 5.854.125 kasus.

Artinya, 3.095.643 kasus baru yang terakumulasi selama satu dekade dapat dihindari, kata Olivia Herlinda, Kepala Kebijakan dan Penelitian CISDI, di kesempatan lain.

Menurut model ekonomi yang diterapkan oleh CISDI, tidak termasuk pajak khusus, diperkirakan jumlah kumulatif kematian akibat diabetes tipe 2 akan meningkat setiap tahun menjadi 1.393.417 pada tahun 2033.

Di sisi lain, dengan penerapan pajak cukai minuman manis, potensi angka kematian bisa ditekan hingga sepertiganya.

Peneliti senior CISDI Soewarta Kosen yang turut serta dalam penelitian ini menambahkan, alasan penerapan cukai MBDK memang sudah dipelajari.

Kajian sebelumnya dilakukan bersama Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan (Kemenkeou), sekitar delapan tahun lalu.

Namun karena beberapa faktor, pembicaraan ini terhenti dan akhirnya Indonesia tertinggal dari negara-negara ASEAN lainnya dalam penerapan cukai minuman manis, ujarnya.

Dijelaskan pula bahwa tim peneliti CISDI menghitung ukuran yang disebut Disability Adjusted Life Years, atau DALYs, untuk mengetahui beban ekonomi atas kematian dan kecacatan akibat diabetes tipe 2.

Menurut perhitungan CISDI, dengan menghilangkan kedua beban tersebut, Indonesia dapat menghemat biaya langsung atau biaya pengobatan akibat diabetes melitus tipe 2 senilai Rp 24,9 triliun. Dan biaya atau kerugian tidak langsung akibat hilangnya produktivitas ekonomi akibat diabetes sebesar Rp 15,7 triliun.

“Indonesia dapat menghemat hingga Rp 40,6 triliun dengan penerapan cukai MBDK yang dapat meningkatkan harga jual produk MBDK di pasaran minimal 20 persen,” kata Olivia.

Padahal, jika penerapan cukai MBDK maka dampak positifnya terhadap sektor ekonomi dan kesehatan bisa jauh lebih luas, karena penelitian ini hanya sebatas analisis beban diabetes melitus tipe 2 akibat kurangnya data.

Sementara itu, banyak penyakit tidak menular (PTM) lainnya yang bisa terjadi akibat konsumsi MBDK berlebihan. Atas pertimbangan tersebut, CISDI memberikan empat rekomendasi kepada pemerintah: Penerapan segera cukai MBDK yang dapat meningkatkan harga jual produk MBDK di pasaran minimal 20 persen; Alokasi penerimaan pajak cukai untuk membiayai program dan fasilitas kesehatan masyarakat. Menerapkan kebijakan yang mendukung gaya hidup dan lingkungan sehat, seperti pemberian label nutrisi di bagian depan kemasan dan pelarangan iklan produk yang mengandung kadar garam, gula, dan lemak tinggi. Memperluas edukasi dan promosi kesehatan tentang dampak konsumsi gula berlebihan.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Virgil Van Dijk Pastikan Liverpool telah Belajar dari Kekalahan Piala FA Vs MU
Next post Puteri Indonesia 2024 Pamer Skill Nyanyi di Acara Buka Puasa Bareng Pengusaha dan Profesional, Berbuah Business Gathering Hangat